Hari ini, Kamis (4/06), United Nation Development Program (UNDP) Indonesia bermitra dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai National Focal Point Business and Human Rights, Indonesia Global Compact Network (IGCN), Kamar Dagang Indonesia (KADIN) dan QLUE Smart City menyelenggarakan seri webinar mingguan tentang keterlibatan sektor swasta untuk respons Covid-19. Menghadirkan beberapa pembicara yang kompeten di bidangnya yaitu Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia tahun kabinet 2014-2019 dan pemilik PT ASI Pudjiastuti dan PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air), Wulan Tilaar, Vice Chairwoman Martha Tilaar Gorup, Nita Yudi, Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Dr. Jacky Mussry, Presiden International Council of Small Business Indonesia (ICSBI), dan Irma Sustika, Founder Womenpreneur Community (WPC), webminar ini membahas seputar kiat-kiat mempertahankan bisnis di tengah pandemic Covid-19, khususnya bagi para perempuan perintis usaha.
Nita Yudi, IWAPI
Pengelolaan bisnis di masa pandemi ini memerlukan setidaknya tiga strategi yaitu kolaborasi, digital marketing, dan diversifikasi usaha. Kolaborasi antara perusahaan besar dan kecil akan mendorong pertumbuhan dan meningkatkan peluang bisnis untuk bertahan. Selain kolaborasi, digital marketing juga menjadi kunci untuk memulai bangkit dari situasi ini. Hal ini tidak terlepas dari kondisi yang mengharuskan masyarakat untuk melakukan social distancing yang mendorong mereka untuk lebih banyak melakukan kegiatan harian dan pemenuhan kebutuhan secara online. Sementara itu, diversifikasi usaha bisa menjadi alternatif upaya untuk bertahan menjalani bisnis di masa pandemi, seperti yang dilakukan oleh Martha Tilaar Group yang kini membuat hand sanitizer. Tentu saja diversifikasi usaha ini sebaiknya masih berkaitan dengan bisnis utama. Contoh lain adalah pelaku bisnis fashion yang menggeser usahanya menjadi produksi masker. Yang tak kalah penting, kepercayaan diri dan networking sangat penting dimiliki oleh perempuan yang menjalankan bisnis.
Wulan Tilaar, Martha Tilaar Group
Dampak pandemik Covid-19 ini juga dirasakan oleh Martha Tilaar Group. Tujuh puluh persen pekerja kami adalah perempuan, karena itulah kami merasa perlu bertanggung jawab untuk membantu mereka bertahan dalam kondisi ini. Apa yang kami lakukan? Kami membuat Survival Program yang terdiri dari program Reseller melalui WA business, Production Switching, Employee Program seperti memperhatikan kesehatan karyawan dengan pemberian jamu, hand sanitizer, serta penerapan social distancing dan WFH, penjualan Herbal Product, serta tutorial makeup melalui online media. Kami juga berkolaborasi dengan para partner, salah satunya APP (Asia Pulp & Paper). Bersama APP, kami mengajak para perempuan di komunitas masyarakat di sekitar hutan di Jambi untuk memproduksi Jahe Merah Mekar. Kolaborasi ini bertujuan membantu meningkatkan taraf hidup para perempuan di desa tersebut. Selain itu, kami juga memberikan Beasiswa Spa Terapi untuk perempuan muda khususnya dari daerah agar bisa meningkatkan skill nya.
Terkait dengan penyesuaian bisnis yang Martha Tilaar Group lakukan di masa pandemik ini, yaitu pembuatan hand sanitizer, kami memulainya dengan bertanya dengan diri sendiri dulu, apa yang sedang kita butuhkan dan apa yang kita miliki untuk bisa dioptimalkan, melihat masalah yang ada di masyarakat. Masyarakat sempat sangat membutuhkan hand sanitizer, maka kebutuhan inilah yang kami lihat sebagai peluang. Selain itu, Martha Tilaar Group juga melakukan riset. Melihat tren di masyarakat dan menyesuaikannya dengan produk yang kita miliki. Tidak lupa, sebagai pelaku usaha, Martha Tilaar Group juga harus rajin update ketentuan yang berlaku saat mengurus masalah perizinan, agar bisa mengikuti prosedur dengan benar.
Jacky Mussry, International Council of Small Business Indonesia (ICSBI)
Virus corona berdampak ke ke semua sektor, mulai dari pasokan, penjualan, hingga distribusi. Jika UKM kolaps maka negara juga akan kolaps, karena UKM adalah salah satu contributor terbesar pada GDP. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah UKM terimbas oleh krisis, karena itulah Negara juga sudah memiliki lima skema untuk membantu agar UKM bisa terlindungi, yaitu bantuan sosial, tax incentive, restrukturisasi pinjaman, relaksasi pinjaman, dan bagaimana pemerintah dapat menjadi pembeli bagi hasil produksi UKM. Selain skema pemerintah, diperlukan juga jiwa entrepreneurship dan profesionalisme agar UKM bisa bertahan, termasuk di dalamnya berani mengambil kesempatan dan melakukan berkolaborasi. Intinya, perempuan memegang peran dan kontribusi dalam perekonomian, jika perempuan bisa lebih menunjukan dia faktor tersebut, ini akan lebih meningkatkan kinerja UKM dan pertumbuhan ekonomi.
Irma Sustika, Womenpreneur Community (WPC)
Benar, UKM adalah penopang ekonomi Indonesia. UKM menguatkan perekonomian bangsa ini. Benar juga bahwa beberapa entrepreneur tidak memulai bisnis dengan cara yang sangat benar seperti misalnya merek memulai usaha tapi tidak mengerti pasar, karena itulah sejak tahun 2013 Womenpreneur Community mengadakan pelatihan dan memonitor UKM perempuan sehingga bisnisnya bisa berkelanjutan dan tidak asal dikerjakan. Di masa pandemi ini, teman-teman di komunitas Womenpreneur Community cukup kaget, jadi kami coba mendorong usaha dengan kolaborasi, salah satunya dalam program Bergandeng Hati dalam Aksi. Kolaborasi di era digital ini diharapkan dapat menumbuhkan harapan bagi para pelaku UKM. Kami juga membentuk tim penjualan yang terdiri dari perempuan-perempuan yang di-PHK dan anggota yang bekerja di bisnis yang sedang terkena imbas Covid-19, seperti pariwisata. Kolaborasi adalah kunci. Misi besar kami adalah agar perempuan bisa saling mendukung dengan perempuan lainnya. Pandemi ini berat, tapi akan lebih berat jika kita tidak melakukan apa-apa.
Susi Pudjiastuti, PT ASI Pudjiastuti dan PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air)
Kita perlu memiliki harga produk yang kompetitif agar bisa bersaing dengan produk luar negeri. Jangan berharap pasar kita di internasional bisa lebih tinggi, sementara harga produksi kita lebih tinggi dari luar negeri. Pemerintah jangan hanya memberi insentif pada pengusaha besar, tapi yang kecil justru tidak mendapatkannya. Masalah utama yang biasa dikeluhkan, terutama oleh UKM di daerah, adalah modal kerja. Dalam situasi seperti ini, income terhenti, revitalisasi modal yang diberikan oleh pemerintah meskipun tidak besar, akan sangat membantu. Kedua, bebaskan mereka dari pungutan-pungutan yang tidak perlu sebelum memberikan insentif. Memberikan perizinan dengan mudah dan menyediakan akses internet yang memadai juga bisa menjadi cara bagi pemerintah untuk mendukung UKM bertahan di masa pandemi. Intinya, memudahkan masyarakat untuk bisa menjalankan usahanya. Dari sisi UKM, UKM juga perlu memiliki program yang transparan dan bagus, akan banyak pihak yang bersedia membantu.